Minggu, 22 Januari 2012

LAPORAN PRAKTIKUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PARASIT DAN PENYAKIT IKAN






Oleh

ISNI AINI
C1K009063





PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011

BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Budidaya ikan karper dan nila berkembang sangat pesat sejalan dengan permintaan terhadap ikan tersebut dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Pengembangan usaha budidaya ikan karper dan nila mempunyai prospek yang baik, karena ikan ini mempunyai nilai ekonomi penting, semakin digemari masyarakat, rasanya gurih dan lezat, dagingnya mudah dicerna dan bergizi tinggi, harganya di pasaran cukup tinggi sehingga sekarang ini budidaya kedua jenis ikan tersebut terus dikembangkan di Indonesia.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas budidaya, kondisi kualitas air semakin mengalami penurunan karena terus menerus digunakan untuk berproduksi tanpa memperhatikan kualitasnya. Dalam media air, mikroorganisme sangat cepat berkembang sehingga akan menjadi pathogen yang dapat menyerang ikan budidaya. Sehingga sering sekali terlihat ikan-ikan yang dibudidayakan sakit atau malah mengalami kematian akibat kualitas air yang buruk.
Dalam kegiatan budidaya, penyakit merupakan permasalahan yang sangat serius dan menakutkan karena hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian yakni selain dapat mematikan ikan, hal ini juga dapat menurunkan mutu dari ikan itu sendiri. Kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ikan sangat tergantung pada jenis penyakit, kondisi ikan dan kondisi lingkungan Menurut penyebabnya, penyakit ikan dibedakan atas penyakit infeksi (infectious diseases) dan non infeksi (non infectious diseases). Penyakit infeksi adalah penyakit yang menular yang disebabkan oleh jasad parasitik, bakteri, jamur dan virus sedangkan penyakit non infeksi adalah penyakit yang tidak menular. Penyakit yang sangat berbahaya dan ditakutkan oleh kalangan pembudidaya yaitu penyakit infeksi karena akan sangat cepat menyerang/menginfeksi ikan dalam suatu populasi sehingga akan menurunkan produksi. Tentunya hal ini akan menimbulkan kerugian yang cukup besar di kalangan pembudidaya. Dengan adanya beberapa permasalahan tersebut, sekiranya sangat penting dilakukan pengkajian terhadap penyakit ikan agar kedepannya bisa diketahui solusi dan upaya yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, melalui Praktikum Parasit dan Penyakit ikan ini dilakukan identifikasi terhadap beberapa parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan.

I.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
Mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi parasit pada ikan
Mengetahui jenis parasit dan organ ikan yang terserang parasit
Mengetahui tanda klinis ikan yang terserang parasit.
















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila
Menurut Anonim (2011) Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.


Gambar 2.1.1. Morfologi Ikan Nila
Tubuh ikan nila berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang semakin mengabur pada ikan dewasa. Memiliki ekor bergaris-garis tegak, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggungnya berwarna merah atau kemerahan (atau kekuningan). Ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang. Perbedaan antara ikan jantan dan betina yakni dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Anonim, 2010).
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Ikan karper
Klasifikasi ikan karper menurut Bachtiar dkk, (2002) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Klas : Vertebrata
Sub Klas : Pisces
Super Ordo : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Sub Ordo : Cyprinoidae
Famili : Penaedea
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio.

Gambar 2.2. 1. Morfologi Ikan Karper
Menurut Bachtiar dkk (2002), dilihat dari morfologi atau bentuk tubuhnya ikan mas/karper memiliki ciri-ciri yakni bentuk badan memanjang dan sedikit pipih ke samping, mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan serta dihiasi oleh dua pasang sungut. Selain itu di dalam mulut terdapat gigi, dua pasang sungut ikan mas terletak di bibir bagian atas, memiliki sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di bagian permukaan tubuh, sirip ekor berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan, gurat sisik atau garis rusuk (linea lateralis) ikan mas berada di pertengahan badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor.
2.3. Informasi Umum Penyakit dan Parasit Ikan
Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).
Penyakit ikan berdasarkan faktor penyebabnya dibedakan menjadi dua yaitu penyakit non infeksi dan infeksi. Salah satu penyebab penyakit ikan yang cukup berbahaya adalah aktivitas organisme parasit. Parasit adalah organisme yang hidup di luar dan di dalam tubuh ikan yang mendapatkan perlindungan dan memperoleh makanan dari inangnya untuk keberlangsungan hidupnya (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat ( Irianto, 2005)
Menurut Widyastuti et al. (2002) dalam Purbomartono (2011), parasit dapat dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup diluar tubuh inang atau di dalam liang-liang kulit yang mempunyai hubungan dengan luar kulit sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup dibagian dalam tubuh ikan seperti hati, limpa otak dan dalam sistem pencernaan, sirkulasi darah, pernapasan, dalam rongga perut, daging, otot dan jaringan tubuh lainnya.
2.4. Klasifikasi dan Morfologi Parasit
2.2.1. Dactylogylus sp.
Adapun klasifikasi dari parasit Dactylogyrus sp menurut Gusrina (2008) adalah sebagai berikut:
Filum : Vermes
Sub filum : Platyhelminthes
Klas : Trematoda
Ordo : Monogenea
Famili : Dactylogyridae
Sub family : Dactylogyrinae
Genus : Dactylogyrus

Gambar 2.4.1. Parasit Dactylogylus sp.
Family Dactylogyridae tidak kurang dari 7 Genus dan lebih dari 150 Spesies yang termasuk di dalamnya baik pada air tawar maupun air laut. Orgnisme ini panjangnya berukuran tidak lebih dari 2 mm. dan yang paling sering ditemukan berukuran antara 0.2 – 0.5 mm. Memiliki 7 pasang jangkar ditepi dan biasanya sepasang jangkar paling tengah pada opishaptor. Kadang-kadang pada beberapa spesies memiliki 2 pasang. Dactylogyrus memiliki 2 hingga 4 titik pigmen (mata). Ovarinya berbentuk bulat oval, dan testisnya sepasang. Semua Dactylogyrus adalah ovipar tanpa uterus hanya struktur ootype pada waktunya berisi satu telur. Genus yang biasanya ditemukan pada ikan adalah spesies Dactylogyrus, spesies ini kadang-kadang ditemukan sebagai penyerang insang karena paling sering ditemukan pada insang di inangnya.
Dactylogyrus sendiri adalah hewan yang kedalam golongan cacing-cacingan. Berukuran sangat kecil dan tidak bisa dilihat dengan kasat mata, tetapi hanya bisa dilihat lewah mikroskop. Dalam tubuh ikan, hewan ini digolongkan sebagai parasit. Artinya hewan yang mengambil makanan untuk hidupnya dari hewan yang ditumpanginya. Keadaan itu menimbulkan kerusakan (Anonim, 2009)
Dactylogyrus sp. merupakan parasit yang menyerang ikan air tawar dan ikan air laut. Parasit ini juga merupakan parasit yang sering menyerang ikan carp. Hidup di insang. Insang yang terserang parasit ini berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan dan memproduksi lendir yang berlebih, tentunya ini akan mengganggu pertukaran gas oleh insang. Parasit yang matang melekat pada insang dan bertelur disana. Distribusinya luas, memiliki siklus hidup langsung dan merupakan parasit eksternal pada insang, sirip, dan rongga mulut. Intensitas reproduksi dan infeksi memuncak pada musim panas (Gusrina, 2008).
Irawan (2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi selanjutnya Gusrina, (2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus sp pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Penyerangan parasit Dactylogylus sp. ini dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya. Setelah matang gonad, telurnya akan jatuh ke perairan. Dalam 2–3 hari dengan suhu 24–28 O C, telur yang jatuh akan menjadi larva infektif kemudian membentuk dua tonjolan di bagian anterior. Pecahnya telur tersebut terjadi akibat adanya tekanan dari dalam dorongan perkembangan larva. Kemudian larva akan keluar dan berenang bebas mencari inang untuk tumbuh menjadi dewasa. Namun apabila pada suhu 20–28OC larva Dactylogyrus sp. tidak bisa menemukan inangnya, ia tetap bisa bertahan sampai 12 jam karena telur Dactylogyrus sp. termasuk salah satu telur yang sangat resisten terhadap lingkungan. Pada suhu 23OC telur akan menetas dalam 2,5 – 4 hari dan pada suhu 13 – 14OC larva akan menjadi dewasa dalam 4,5 minggu (Sahlan, 1974).
Sebagai langkah pencegahan parasit ini adalah dengan memberi pakan yang bergizi tinggi. kepadatan dikurangi, dan sirkulasi air harus berjalan lancar, untuk ikan yang terlanjur sakit bisa diobati dengan larutan formalin 100-200 ppm, sedangkan untuk ikan yang sudah terlanjur parah sebaiknya disingkirkan dan dibakar agar tidak menulari ikan lain yang sehat (Irawan, 2004).
2.2.2. Gyrodactylus sp.
Klasifikasi Gyrodactylus sp. menurut Anonim (2011) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Monogenea
Order : Monopisthocotylea
Family : Gyrodactylogyridae
Genus : Gyrodactylus

Gambar 2.2.2.1. Parasit Gyrodactylus sp.
Gyrodactylus memiliki badan yang berbentuk bulat dan panjang dan memilki ukuran 0,2 – 0,5 mm. Pada ujung anterior terdapat dua cuping. Setiap cuping memiliki kepala dan memiliki usus bercabang dua dimana ujungnya tidak bersatu. Parasit ini tidak memiliki vitelaria atau bersatu dengan ovari. Siklus Gyrodactylus sp. dari larva hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu kira-kira 60 jam. Itu terjadi pada suhu 25 – 27 O C (Anonim, 2009).
Gyrodactylus sp. ini sering ditemukan menginfeksi ikan-ikan air tawar seperti Ikan Mas (Cyprinus carpio), Betutu (Oxyeleotris marmorata) Nila (Oreochromis niloticus) dan lainnya. Pada umumnya berkumpul/bergerombol di sekitar kulit dan sirip ikan, meskipun kadang-kadang juga ditemukan di insang (secara umum Dactylogyrus lebuh menyukai insang) (Dedi, 2010).
Menurut Anonim (2009) Sifat-sifat Gyrodactylus sp. yaitu :
Merupakan ekto-parasit, bersifat obligat parasitik dan berkembang biak dengan beranak.
Gyrodactylus sp. tidak memiliki titik mata, dan pada ujung kepalanya terdapat 2 buah tonjolan
Penularan terjadi secara horizontal, pada saat anak cacing lahir dari induknya
Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih dan organ target meliputi seluruh permukaan tubuh ikan, terutama kulit dan sirip.
Infeksi berat dapat mematikan 30-100% dalam tempo beberapa minggu; terutama sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan cendawan. Adapun gejalagejala klinis yang ditimbulkan yaitu :
Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, pertumbuhan lambat, dan produksi lendir berlebih.
Peradangan pada kulit disertai warna kemerahan pada lokasi penempelan cacing
Menggosok-gosokkan badannya pada benda di sekitarnya
Adapun cara pengendaliannya Pengendalian yaitu : Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air > 29°C, mengurangi kadar bahan organik terlarut, meningkatkan frekuensi pergantian air. Adapun untuk ikan yang terserang Gyrodactylus dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain: Larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam, Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam serta Larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih (Dirjen Kelautan dan Perikanan, 2010).















BAB III. CARA PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 Desember 2011 pukul 16.00 WITA bertempat di Laboratorium Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum
Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
Akuarium digunakan sebagai wadah untuk menampung ikan sebelum diidentifikasi
Mikroskop digunakan untuk mengamati parasit yang terdapat pada organ-organ ikan
Kaca preparat digunakan sebagai tempat untuk meletakkan preparat yang akan diamati di bawah mikroskop
Gelas penutup digunakan untuk menutup spesimen
Bak preparat berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan ikan yang sudah siap untuk diidentifikasi
Pipet tetes berfungsi untuk mengambil akuades saat pengamatan di bawah mikroskop
Pinset digunakan untuk menjepit dan mengambil bagian organ ikan yang akan diamati
Skalpel berfungsi untuk mengerok lendir yang akan diidentifikasi
Gunting digunakan untuk memotong bagian organ ikan yang akan diamati
Jarum digunakan untuk menusuk bagian tengkuk ikan agar ikan tersebut mati

Bahan
Bahan yang digunakan adalah ;
Ikan nila dan ikan karper digunakan sebagai ikan inang yang dijadikan sampel untuk identifikasi parasit
Air media berfungsi sebagai media pemeliharaan ikan sebelum ikan diidentifikasi
Akuades digunakan untuk membasahi preparat pada saat mengamati parasit pada organ ikan agar preparat tidak terlalu kering
Tisu digunakan untuk mengeringkan alat-alat sebelum maupun sesedah pengamatan.

Prosedur Praktikum
Pemeriksaan ektoparasit
metode skin scraping (metode kerokan kulit)
Dibunuh ikan nila menggunakan jarum dengan menusuk bagian tengkuk ikan
Dikerok bagian kulit (dari kepala sampai ekor) menggunakan skalpel sehingga diperoleh cairan mucus (lendir), sel epitel serta parasit pada kulit ikan
Diusapkan hasil kerokan tersebut diatas objek gelas
Ditutup spesimen menggunakan gelas penutup
Diamati pereparat dibawah mikroskop
Dilakukan kegiatan 1-5 sebanyak 2 ulangan pada ikan nila
Dilakukan kegiatan 1-6 pada ikan karper
metode wet mount (metode preparat basah)
Dibunuh ikan nila menggunakan jarum dengan menusuk bagian tengkuk ikan
Diambil lendir, sisik dan potongan filamen insang ikan nila lalu diletakkan pada gelas benda yang berbeda
Ditetesi preparat dengan 1 tetes akuades di bagian permukaan menggunakan pipet hingga merata
Ditutup preparat menggunakan gelas penutup
Diamati di bawah mikroskop
Dilakukan kegiatan 1-5 sebanyak 2 ulangan pada ikan nila
Dilakukan kegiatan 1-6 pada ikan karper
Pemeriksaan endoparasit
metode smear (metode usap)
Dibunuh ikan nila menggunakan jarum dengan menusuk bagian tengkuk ikan
Diambil dan dipotong jaringan hati ikan + 1 cm dengan skalpel lalu diusapkan di atas gelas benda
Dikering anginkan preparat
Diamati preparat dibawah mikroskop
Dilakukan kegiatan 1-4 sebanyak 2 ulangan pada ikan nila
Dilakukan kegiatan 1-5 pada ikan karper
metode stamp (metode stampel)
Dibunuh ikan nila menggunakan jarum dengan menusuk bagian tengkuk ikan
Diambil dan dipotong jaringan hati ikan + 1 cm dengan skalpel lalu letakkan di atas gelas benda yang diulang sebanyak 3-4 kali
Dikering anginkan preparat
Diamati preparat dibawah mikroskop
Dilakukan kegiatan 1-4 sebanyak 2 ulangan pada ikan nila
Dilakukan kegiatan 1-5 pada ikan karper
metode squash (metode tekan)
Dibunuh ikan nila menggunakan jarum dengan menusuk bagian tengkuk ikan
Diambil dan dipotong kecil-kecil jaringan hati ikan + 1 cm dengan skalpel lalu diletakkan atas gelas benda
Dijepit dan ditekan preparat tersebut menggunakan 2 buah gelas benda
Ditetesi preparat tersebut dengan akuades sebanyak 1 tetes menggunakan pipet tetes secara merata
Diamati dibawah mikroskop
Dilakukan kegiatan 1-5 sebanyak 2 ulangan pada ikan nila
Dilakukan kegiatan 1-6 pada ikan kaper.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
Tabel 4.1.1. Identifikasi parasit pada ikan nila dan karper
Gel Klp Ikan uji Jumlah ikan Jenis parasit Gambar Organ
1 I Nila 2 ekor - - -
Karper 2 ekor - - -
II Nila 2 ekor - - -
Karper 2 ekor - - -
2 III Nila 1 ekor Dactylogylus sp. Insang
Karper 2 ekor - - -
IV Nila 1 ekor Dactylogylus sp. Insang
Karper 2 ekor - - -
V Nila - - - -
Karper 2 ekor Gyrodactylus sp. (pada ikan 1)

Insang




Dactylogylus sp. (pada ikan 2)
Insang
3 VI Nila 2 ekor Dactylogylus sp. Insang
Karper 2 ekor Dactylogylus sp. Insang
VII Nila 2 ekor - - -
Karper 2 ekor - - -

Analisis Data
Diketahui :
Total ikan nila yang digunakan dari semua kelompok (No) = 14 ekor
Total ikan karper yang digunakan dari semua kelompok (No) = 14 ekor
Total ikan nila yang terinfeksi parasit (N1) = 4 ekor
Total ikan karper yang terserang parasit (N1) = 4 ekor
Ditanya :
Prevalensi ikan nila?
Prevalensi ikan karper ?
Jawab :
P=No/N1 x 100%
Prevalensi ikan nila
P=No/N1 x 100%

P=4/14 x 100%
P=28,57 %
Prevalensi ikan karper
P=No/Ni x 100%
P=4/14 x 100%
P=28,57 %




Pembahasan
Pada praktikum Parasit dan penyakit ikan ini, ikan yang digunakan sebagai sampel untuk mengidentifikasi ada tidaknya parasit pada ikan yakni ikan nila dan ikan karper. Alasan digunakannya ikan nila dan ikan karper ini karena kedua ikan ini merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat maupun BBI sehingga stoknya mudah diperoleh.
Pada praktikum ini, identifikasi parasit dilakukan dengan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis yakni pemeriksaan endoparasit dan pemeriksaan ektoparasit pada beberapa organ ikan. Pada pemeriksaan ektoparasit, dilakukan metode skin scraping (kerokan kulit) pada kulit ikan untuk mendapatkan lendir ikan sebagai spesimen, metode wet mount (metode preparat basah) yang dilakukan dengan menjadikan lendir, sisik dan insang sebagai specimen. Adapun pemeriksaan endoparasit, dilakukan dengan 3 metode yakni metode smear (metode usap), metode stamp, dan metode squash. Ketiga metode tersebut mengguankan sampel hati ikan yang dipotong kira-kira 1 cm sebagai specimen.
Dari hasil pengamatan 14 sampel ikan yang digunakan baik untuk ikan nila maupun ikan karper, hanya 4 ekor ikan baik ikan nila maupun ikan karper yang terserang parasit. Dimana parasit yang menyerang ikan nila adalah Dactylogylus sp. sedangkan parasit yang menyerang ikan karper yaitu Dactylogylus sp. dan Gyrodactylus sp. Kedua jenis parasit tersebut ditemukan di bagian insang.
Menurut Gusrina (2008), Dactylogylus sp. tersebut merupakan parasit yang sering menyerang ikan air laut maupun air tawar terutama ikan carp. Sama halnya dengan Gyrodactylus sp. Menurut Dedi (2010), Gyrodactylus sp. ini sering ditemukan menginfeksi ikan-ikan air tawar seperti Ikan Mas (Cyprinus carpio, Betutu (Oxyeleotris marmorata) Nila (Oreochromis niloticus) dan lainnya.
Dactylogylus sp. ini banyak ditemukan di insang sedangkan Gyrodactylus lebih banyak ditemukan di sekitar kulit dan sirip ikan, meskipun kadang-kadang juga ditemukan di insang (secara umum Dactylogyrus lebuh menyukai insang) (Dedi, 2010). Kedua jenis parasit ini merupakan jenis parasit yang bersifat ektoparasit (menyerang di bagian luar tubuh ikan). Gyrodactylus sp. dan Dactylogylus sp. ini dapat menyerang ikan secara eksternal karena kedua parasit ini tersuspensi di air sehingga bagian-bagian awal yang terkena parasit ini adalah organ luar salah satunya insang. Insang ikan sangat mudah terkena penyakit/parasit karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa insang ini terdiri dari bagian yang berjajar dan panjang yang memilki selaput yang tipis. Hal ini menyebabkan insang sangat mudah terkena penyakit apalagi insang ini berfungsi sebagai jalur penyaringan air yang keluar masuk ke dalam tubuh ikan.
Dalam praktikum ini, tidak diamati gejala klinis atau tanda-tanda pada insang ikan yang terkena parasit sehingga tidak dapat diidentifikasi bagaimana ciri-ciri ikan yang terkena parasit. Tapi menurut Gusrina (2008), Insang yang terserang parasit ini terlihat warna insangnya berubah menjadi pucat dan keputih-putihan dan memproduksi lendir yang berlebih. Hal ini tentunya ini akan mengganggu pertukaran gas yang terjadi di insang. Hal ini akan berakibat pada terganggunya pernapasan dan osmoregulasi ikan. Ditambahkan pula oleh Irawan (2004), bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi. Sedangkan adapun gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh parasit Gyrodactylus sp. menurut Anonim (2009) yaitu : nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, pertumbuhan lambat, dan produksi lendir berlebih, terjadi peradangan pada kulit disertai warna kemerahan pada lokasi penempelan cacing serta ikan akan menggosok-gosokkan badannya pada benda di sekitarnya.
Secara umum mekanisme penyerangan parasit baik Dactylogylus sp. maupun Gyrodactylus sp.menurut Sahlan (1974) yaitu dimulai dengan cacing dewasa yang menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya. Setelah matang gonad, telurnya akan jatuh ke perairan. Dalam 2–3 hari dengan suhu 24–28 O C, telur yang jatuh akan menjadi larva infektif kemudian membentuk dua tonjolan di bagian anterior. Pecahnya telur tersebut terjadi akibat adanya tekanan dari dalam dorongan perkembangan larva. Kemudian larva akan keluar dan berenang bebas mencari inang untuk tumbuh menjadi dewasa. Apabila pada suhu 20–28 O C larva parasit tidak bisa menemukan inangnya, ia tetap bisa bertahan sampai 12 jam samapi pada akhirnya pada suhu 23OC telur akan menetas dalam 2,5 – 4 hari. Pada suhu 13 – 14 O C larva akan menjadi dewasa dalam 4,5 minggu.


.



















BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas adalah :
Identifikasi parasit pada ikan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan endoparasit dan ektoparasit.
Pemeriksaan endoparasit ini dilakukan dengan mengidentifikasi parasit yang terdapat pada hati sedangkan pemeriksaan ektoparasit dilakukan dengan mengidentifikasi parasit pada organ-organ luar seperti sisk, insang dan lendir.
Jenis parasit yang ditemukan pada ikan nila yaitu Dactylogylus sp. sedangkan pada ikan karper ditemukan Dactylogylus sp. dan Gyrodactylus sp.
Gejala-gejala klinis pada ikan yang ditimbulkan apabila ikan terserang parasit Dactylogylus sp. antara lain warna insangnya berubah menjadi pucat dan keputih-putihan dan memproduksi lendir yang berlebihan sedangkan ikan yang terserang Gyrodactylus sp.terlihat nafsu makannya menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, pertumbuhan lambat, dan produksi lendir berlebih, terjadi peradangan pada kulit disertai warna kemerahan pada lokasi penempelan cacing serta ikan akan menggosok-gosokkan badannya pada benda di sekitarnya.

1 komentar:

  1. ckakakaka ada juga laporannya di internet... copas maeh kak isni

    BalasHapus